Ijtihad dan Taqlid
Manusia dapat mengamalkan hukum-hukum agama melalui ijtihad dan taqlid.
Ijtihad: Usaha banyak yang sungguh dalam mengeluarkan hukum-hukum agama dari sumber-sumbernya Al-Quran dan hadith para ma'sumin (as), setelah belajar ilmu-ilmu yang dapat menolongnya dalam mengeluarkan hukum-hukum agama dari sumber-sumbernya yang asli, dan orang yanf mempunyai kemampuan tersebut dinamakan mujtahid.
Taqlid: Mengikuti yaitu fatwa mujtahid dalam segala perbuatannya .
Masalah 1: Orang yang diikuti fatwanya dinamakan marji' taqlid (tempat rujukan dalam taqlid), adapun yang mengikuti fatwanya dinamakan muqallid (orang yang taqlid). |
Masalah 2: Seseorang yang bukan mujtahid dan tidak mampu mengeluarkan hukum-hukum Illahi dari sumber-sumbernya maka dia harus taqlid yaitu pekerjaanya harus dilakukan sesuai dengan fatwa mujtahid. |
Masalah 3: Tugas kebanyakan manusia-manusia dalam perkara agama adalah taqlid, kerana sedikit sekali yang mampu berijtihad dalam hukum-hukum agama. |
Masalah 4: Mujtahid yang manusia taqlid kepadanya harus memiliki sifat-sifat yang berikut "adil, hidup, lelaki, baligh, berakal, bukan anak zina, ithna asthari, paling alim (berilmu)" |
Masalah 5: Seseorang yang telah taqlid kepada seorang mujtahid yang a'lam (paling berilmu) kemudian marji' taqlidnya meninggal dunia maka dia tetap meneruskan taqlidnya apabila menyakini beliau adalah yang a'lam (paling berilmu), apabila ilmunya sama dengan mujtahid yang hidup beliau boleh meneruskan taqlidnya dengan mujtahid yang sudah meninggal dan merujuk kepada mujtahid yang hidup dalam keadaan ini adalah tempat (iskal) yaitu banyak perbedaan pendapat antara ulama. |
Masalah 6: Paling a'lamnya seorang mujtahid adalah yang paling pandai dalam mengeluarkan hukum-hukum syariat dari sumber-sumbernya dari para-para mujtahid yang lain. |
Masalah 7: Seorang mujtahid dan seorang a'lam dapat dikenal dengan tiga cara: |
Masalah 8: Cara-cara mendapatkan fatwa mujtahid ialah (mendengar langsung dari mujtahid, mendengar dari dua orang yang adil, mendengar dari satu orang yang adil apabila dia mendapatkan ketenangan dari kata-katanya, melihat dirisalah mujtahid yang risalah itu diyakini keberananya. |
Masalah 9: Apabila fatwa seorang mujtahid sudah berubah maka muqallid harus mengamalkan fatwa yang baru, dan tidak boleh mengamalkan fatwanya yang lama melainkan fatwa sesuai dengan ihtiyat. |
Masalah 10: Masalah-masalah yang manusia selalu memerlukannya maka wajib mempelajarinya. |